Selasa, 08 Maret 2011

karya tulis

 

Karya Tulis Ilmiah




Pandangan Siswa MAN 1 (MODEL) BKL Terhadap FORMALIN dan BORAKS




















       Disusun Oleh:

 1.           Muhammad Fakhrullah

KEMENTRIAN AGAMA
MAN 1 (Model) BENGKULU
Jl,Cimanuk Km.6,5 Bengkulu
2009-2010






LEMBAR PENGESAHAN


Dengan ini kami mengesahkan karya tulis ilmiah yang berjudul
”Pandangan Siswa/Siswi MAN 1 Model Bengkulu terhadap Formalin dan Boraks”
Untuk membuat Tugas PPMB disuruh oleh
Guru  PPMB Madrasah Aliyah Negeri 1 Model Kota Bengkulu


Disahkan di Bengkulu
Pada tanggal: 30 februari 2010



Guru Pembimbing


Mildaini, Adm. Kep



Mengetahui
Kepala MAN 1 Model Kota Bengkulu



Hj. Darnawilis, S.ag
Nip.150 196 831
















Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbil’alamiin.Puji Syukur Penulis haturkan Kehadirat Allah SWT yang maha pengasih sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah ini yang berjudul:”Pandangan Siswa/siswi kelas X, MAN 1 Bengkulu terhadap Formalin dan Boraks”.
Salawat beriring Salam penulis sampaikan kepada nabi Muhammad SAW.Karna berkat beliaulah agama Islam dapat ditegakkan,sehingga kebenaran dapat ditegakkan.

Karya tulis ilmiah ini dapat ditulis dengan tujuan untuk tugas PPMB
Tidak lupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam pembuatan KTI ini.Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.Allah SWT karena berkat anugrah yang ia berikan kami dapat menyelesaikan KTI ini.

2.Ibu Hj.Darnawilis S.Ag selaku kepala MAN 1 Kota Bengkulu.

3.Ummi Mildaini,Amd.Kep selaku guru pembina.

4.dan pada semua pihak yang telah membantu kami.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak.Penulis sangat berharap semoga Karya Tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.




Bengkulu,20 Febuari 2010
            Penulis


Penulis











DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN……............................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
MOTTO................................................................................................... iv
DAFTAR ISI............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang.................................................................................................... 1

1.2  Batasan Masalah ................................................................................................ 1

1.3  Rumusan Masalah............................................................................................... 2

1.4  Tujuan Penelitian................................................................................................ 2

1.5  Manfaat............................................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Boraks............................................................................................... 5

2.2 Pengertian Formalin............................................................................................ 6

2.3 Kegunaan Boraks dan Formalin......................................................................... 7
BAB III METODE PENELITIAN
3.1  Tempat dan waktu penelitian.............................................................................. 8


3.2  Bahan dan alat penelitian.................................................................................... 8

3.3  Jenis Penelitian.................................................................................................... 8

3.4  Sumber data........................................................................................................ 8

3.5  Teknik Pengumpulan Data.................................................................................. 9

3.6  Teknik Analisis Data........................................................................................... 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa data....................................................................................................... 10

4.2 Hasil penelitian.................................................................................................. 10

BAB V    PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................................ 17

5.2 Saran.................................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... v

LAMPIRAN................................................................................................ vi
                                   











BAB I
PENDAHULUHAN

1.1  Latar Belakang
Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.
Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal yang sangat penting.
Kasus Formalin

Kasus Formalin: Menkes Salahkan BPOM

Bergeser dari Isu Pokok Untuk Lindungi Konsumen

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, Rabu (4/1), merebaknya kasus formalin menunjukkan bahwa Badan Pengawas Obat dan Makanan selama ini telah lalai menjalankan tugas dan kewenangannya untuk mengawasi obat serta makanan.
”Ini membahayakan kesehatan masyarakat. Di sisi lain, merebaknya kasus ini sangat merugikan para pengusaha kecil dan menengah di bidang makanan,” tuturnya.

Di tempat terpisah, Kepala BPOM Sampurno justru mengingatkan semua pihak agar bersikap bijak dan arif dalam mengatasi persoalan yang ada di depan mata, yakni kian maraknya peredaran formalin. ”Jangan sampai kita saling menyalahkan dan mengembangkan intrik-intrik yang malah menghambat penanganan masalah ini,” ujarnya.

Sepanjang tahun 2002-2004, BPOM sudah mengajukan 18 kasus penggunaan formalin sebagai pengawet produk makanan ke pengadilan. ”Tapi hukumannya terlalu ringan. Sebagian besar pelakunya hanya didenda Rp 200.000 sampai Rp 400.000. Ada beberapa yang dihukum penjara satu tahun tujuh bulan,” kata Sampurno.

Setiap tahun, lanjut Sampurno, pihaknya secara rutin melakukan operasi untuk mengawasi peredaran formalin sebagai pengawet bahan pangan. Tiap tahun BPOM menemukan 100-200 kasus penggunaan bahan kimia itu sebagai bahan pangan. Hasil temuan itu lalu dilaporkan ke pemerintah daerah setempat dan aparat penegak hukum.
”Kendala utama penanganan makanan yang mengandung formalin adalah pengadilan masih jarang menggunakan Undang Undang Perlindungan Konsumen dalam mengadili pelaku usaha yang mengedarkan formalin,” kata Sampurno.

Siti Fadilah melihatnya dari sudut berbeda. Bagi dia, isu formalin yang merebak saat ini sebetulnya tak perlu terjadi jika BPOM bekerja dengan baik. Tentang formalin dalam makanan telah ada sejak puluhan tahun lalu, namun tak pernah dilaporkan oleh BPOM ke Depkes dan tidak pernah ditindaklanjuti.

”BPOM bilang tiap tahun menemukan formalin dalam makanan. Tahun 2002, 2003, 2004, sekarang 2005, juga menemukan. Tapi kok selama ini BPOM diam saja? Berarti BPOM membiarkan masyarakat bertahun-tahun mengonsumsi formalin,” katanya
Menkes menyatakan, tugas utama BPOM seharusnya adalah mengawasi. Namun, sejak berpisah dengan Depkes empat tahun lalu, BPOM dinilai justru melakukan hal-hal yang bukan menjadi wewenangnya, seperti mengurus soal registrasi atau perizinan perusahaan farmasi.
”Ini sangat memprihatinkan. Sejak Ditjen POM terpisah dari Depkes dan menjadi BPOM, otomatis Depkes kehilangan wewenang mengetahui apakah masyarakat mengonsumsi makanan yang aman. Kenyataannya BPOM juga tidak pernah lapor ke Depkes,” kata Menkes Siti Fadilah.


Silang pendapat antara Departemen Kesehatan dan Badan POM dalam penanganan kasus formalin, secara tidak langsung menggeser isu pokok yang berpihak pada kepentingan konsumen. Apalagi isu yang diusung dikait-kaitkan dengan hal-hal di luar substansi persoalan.

”Baik Depkes maupun Badan POM itu, kan, institusi yang berada di bawah kendali pemerintah. Kalau begini pola kerja mereka, saling menyalahkan dan terkesan berebut lahan kewenangan, lalu hak konsumen untuk mendapatkan produk makanan yang bebas dari ancaman kesehatan bagaimana,” ujar seorang pembaca yang menelepon ke redaksi Kompas, semalam. (lok/evy)







1.2 Batasan Masalah
A. Penelitian ini hanya membahas tentang seberapa luas pengetahuan siswa MAN 1 (MODEL)  Bengkulu terhadap Boraks dan Formalin 
B.  Penelitian ini hanya membahas tentang kegunaan Boraks dan Formalin  
C.  Penelitian ini hanya membahas penyakit akibat mengkosumsi Boraks dan Formalin 

Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu merupakan segala sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.
Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan pangan.
Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi hal ini dan mencegah terjadi lagi.


1.3 Rumusan Masalah
  1. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada pangan yang diproduksinya?
  2. Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya? 
  3. Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
  4. Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada?


1.4 Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian boraks dan formalin.
1.  Untuk Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses pembuatannya
2. Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.
3. Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada makanan



1.5 Manfaat
Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet sehingga dapat menghindarinya.
Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan. Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.

Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan berbagai solusi yang telah dipikirkan.
















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Boraks
`Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri non pangan, khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks berasal dari kandungan asam borat didalamnya.
Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.
2.2  Pengertian Formalin
Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun alkohol.
2.3 Kegunaan Borak dan Formalin
Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie, dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang menggunakan formalin dan boraks.
-         Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging.
-         Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah..
-         Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari
3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
-         Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.
2.4 Pengaruh Formali dan Boraks terhadap Kesehatan
a. Formalin
Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya,serta gejala lainnya.
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :
-         Jika terhirup
Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker paru-paru.
-         Jika terkena kulit
Kemerahan, gatal, kulit terbakar
-         Jika terkena mata
Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan
-         Jika tertelan
Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.
b. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-ulang.
 Pengaruh terhadap kesehatan :
-         Tanda dan gejala akut :
Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)
-         Tanda dan gejala kronis
-         Nafsu makan menurun
-         Gangguan pencernaan
-         Gangguan SSP : bingung dan bodoh
-         Anemia, rambut rontok dan kanker.
Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan formalin. Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan. 
ciri-ciri dari beberapa makanan yang diberi borak maupun formalin.
a. Mi basah
Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.

B. Tahu
Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat. Bau agak mengengat, bau formalin.
C. Bakso
Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat kenyal.
2.5  Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia
Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah menjadi umum, pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih merajalela.
Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti : melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar dalam melakukan razia.


            Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan: “Menurut anda apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu, sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 17 orang menjawab upaya pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama sekali.

            Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang, karena lebih banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini, padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.
BAB III
METODE MENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri 1 (MODEL) Kota Bengkulu yang beralamat di jalan Cimanuk KM. 6,5 Padang Harapan,bengkulu. Telp.(0736) 21854.Dengan lokasi yaitu kelas X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7. Waktu penelitian dilakukan pada hari tanggal 20 Februari 2010 pukul 09.30 WIB sampai selesai,dengan cara menyebarkan Quetioner.


3.2 Bahan dan Alat penelitian

Bahan dan alat penelitian adalah kertas Questioner yang disebarkan ke responden di kelas X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7.

3.3 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan penelitian korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.3 Sumber data
Sumber data kami adalah beberapa siswa/siswi kelas X MAN 1 MODEL, yang kira-kira kami ambil sampel adalah 20 siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket. Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang menjawab pertanyaan tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.

3.5 Teknik Analisis Data
Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama memastikan bahwa semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu kami mulai menghitung jumlah data, setelah itu kami mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis data
Perolehan data dilakukan dengan cara penyebaran angket, yaitu 20 siswa  X1, X2, X3, X4, X5, X6, dan X7  atau …% dari seluruh siswa kelas MAN 1 kota Bengkulu.
Dari seluruh data yang kami peroleh, dapat disimpulkan seberapa
4.2 Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang kami sebarkan kepada 25 siswa/i  Kelas X ,MAN 1 Model kota Bengkulu dapat diperoleh data:
Menurut hasil angket yang kami sebarkan kami lampirkan pada tabel di bawah ini.


NO
Pernyataaan Siswa
Presentase
1
Siswa yang  mengetahui Formalin
100%
2
Siswa yang mengetahui Boraks
90%
3
Formalin digunakan untuk makanan
25%
4
Formalin digunakan untuk mayat
60%

5
Pedagang sering menggunakan Formalin dan Boraks
90%

6
Makanan yang banyak menggunakan Formalin dan Boraks”Bakso”
45%

7
Makanan yang banyak menggunakan Formalin dan Boraks”Mie”
10%
8
Makanan yang banyak menggunakan Formalin dan Boraks”Tahu”
40%
9
Yang tidak setuju denga penggunaan Formalin dan Boraks
100%











Dari data diatas dapat diperoleh yaitu: 100% Siswa yang mengetahui Formalin, 90% Siswa yang mengetahui Boraks, 25% Formalin digunakan untuk makanan, 60% Formalin digunakan untuk mayat, 90% Pedagang sering menggunakan Formalin dan Boraks, 45% Makanan yang banyak menggunakan Formalin dan Boraks”Bakso”  , 10% Makanan yang banyak menggunakan Formalin dan Boraks ”Mie” , 40% Makanan yang banyak menggunakan Formalin dan Boraks”Tahu”, dan 100% Yang tidak setuju denga penggunaan Formalin dan Boraks.


Dari data diatas diketahui bahwa siswa yang mengetahui apa itu Formalin  mencapai 100% responden, hal itu merupakan bahwa pengetahuan siswa siswi kelas X terhadap Formalin itu luas.

Kita lihat saja , siswa MAN 1 Model kota Bengkulu terhadap Boraks  mencapai 90%.Jadi siswa/siswi tersebut memiliki pengetahuan yang luas tentang Boraks dan Formalin.

Melihat penjual yang menjual makanannya dengan campuran Formalin pun, pendapat siswa MAN Model 1 kota bengkulu Cuma 25% dan 60% pendapat siswa MAN Model 1  bahwa 60% yang menggunakan Formalin untuk mayat, sebaiknya pemerintah turun tangan untuk memberantas Formalin yang digunakan untuk bahan-bahan makanan  dan menghukum orang-orang yang menggunakan Formalin dan Boraks secara sembarangan .

Bahwa dari pendapat siswa/siswi MAN 1 Model bahwa 90% yang sering menggunakan Formalin dan Boraks adalah pedagang karena pedagang menggunakan untuk dagangannya supaya  tetap bertahan lama.

Dan pendapat siswa/siswi MAN 1 Model bahwa pedagang banyak menggunakan Formalin untuk Bakso 45%, untuk Mie 10% dan untuk  tahu 40%.

Bahwa Kabar baik untuk kita, karena sebesar 100%  siswa/siswi MAN 1 MODEL tidak setuju dengan penggunaan Formalin dan Boraks.














NO
Pernyataaan Siswa
Presentase

1
Siswa yang merasa tidak menegur/menasehati seorang yang menggunakan Formalin dan Boraks

85%

2

Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks berdampak Negative

100%

3
Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks digunakan untuk mengawetkan.

95%

4
Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks bila dikosumsi akan membuat penyakit

100%

5
Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks harus diberantas

30%



Berdasarkan penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa/siswi kelas X, MAN 1 MODEL  yang diambil sampel penelitian yaitu bahwa 85% siswa/siswi yang tidak berani untuk menegur/menasehati penggunaan Formalin dan Boraks, sedangkan  100% Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks berdampak Negative yang tidak pantas untuk Digunakan.
Disamping itu, 95% Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks digunakan untuk mengawetkan , bahkan 100% Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks bila dikosumsi akan membuat penyakit jadi  siswa/siswi yang menyadari Formalin dan Boraks tidak layak untuk dikosumsi oleh manusia. Cuma 30% Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks harus diberantas berarti Formalin dan Boraks masih ada kegunaannya untuk manusia bearti siswa/siswi kelas X, MAN 1 MODEL tidak menyukai memberantas Formalin dan Boraks dan 45% Siswa yang merasa bahwa Formalin dan Boraks harus dijauh kan dan tidak digunakan sembarangan.

BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:
  1. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti, tetapi ada juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan formalin.

  1. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.
3.    Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.
4 .     Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.

5.2  Saran.
Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin, pengertian, fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.
2. Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-undang mengenai boraks dan formalin.
3. Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks. Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliann
4. Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.











DAFTAR PUSTAKA
http://www.beritaindonesia.co.id
http://www.depkes.go.id
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id



Questioner

1. Apakah anda mengetahui apa itu Formalin?
  1. Ya.
  2. Tidak.
2. Apakah anda mengetahui apa itu Boraks?
a.       Ya.
b.      Tidak.
3. Bila no 1 jawabannya ia, biasanya digunakan untuk apa ?
a.       Makanan.
b.      Mayat.
4. Menurut anda, siapa yang paling sering menggunakan Formalin dan Boraks?
a.       Pedagang.
b.      Perusahaan.
c.       Industri.
5.  Apakah anda mengetahui cara pedagang mengawetkan dengan Formalin dan Boraks?
a.       Tahu .
b.      Tidak.
c.       Pernah melihat
d.      Sama sekali tidak pernah melihat
6.  Apakah anda pernah menggunakan bahan Formalin dan Boraks?
a.       Pernah .
b.      Tidak pernah.
7. Menurut anda. Makanan  mana yang banyak menggunakan formalin dan Boraks?
a.       Bakso.
b.      Mie.
c.       Kerupuk.
d.      Tahu.
8.  Apa yang anda lakukan bila anda melihat orang menggunakan Formalin dan Boraks    kedalam sebuah makanan?
a.       Menegurnya.
b.      Melaporkan kepada pihak yang berwajib.
c.       Ikut bersekongkol.
d.      Diam-diam saja.
9. Menurut anda, Apakah yang seharus dilakukukan pemerintah terhadap Formalin dan Boraks
a.       Memberantas
b.      Diam saja
10. Apakah anda setujuh dengan penggunaan  Formalin dan Boraks?
a.       Setujuh
b.      Tidak.





ESSAY



1.  Apakah anda pernah menegur / menasehati seorang untuk tidak menggunakan Formalin  dan Boraks. Mengapa anda memili jawaban itu ?

2.  Menurut anda ,formalin dan Boraks banyak dampak positif / negatifnya?Jelaskan?


3.  Menurut anda, mengapa orang banyak menggunakan Formalin dan Boraks dalam dagangannya?

4. Jelaskan  apa yang terjadi bila Formalin dan Boraks masuk ketubuh manusia?


5. Menurut anda, apa yang anda lakukan terhadap Formalin dan Boraks?

















BIODATA PENULIS
NAMA            :
Tlt                    :
Alamat                        :
Sekolah           :
Kelas               :
Hoby               :
Cita-cita:
Nama orang tua
Ayah               :
Ibu                   :
Pekerjaan orang tua
Ayah               :
Ibu                   :
Pendidikan orang tua
Ayah               :
Ibu                   :